TUGAS KELOMPOK : FAISAL 24212929
FADLI 22212631
FIRMAN 2212977
BADAR 21212331
A. Pengertian Tata KalimatTata kalimat adalah kaidah penyusunan kata sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
B. Ciri-ciri Tata Kalimat
Apakah tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat. Salah satu syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap.
1. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang mennjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa predikat.
Contoh:
a. Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.
b. Meja direktur besar
c. Ayahku sedang melukis
d. Membangun jalan layang sangat mahal
2. Predikat
Prediket (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu, melakukan (tindakan) apa atau keadaan bagaimana subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S.
Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek.
Contoh:
1. Mahasiswa menyusun skripsi.
2. Ibu sedang tidur siang.
3. Putrinya cantik jelita.
4. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5. Kucingku belang tiga.
3. Objek
Objek(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P (Prediket). Letak objek (O) selalu dibelakang P. Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada kalimatyang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
a. Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
b. Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.
c. Arsitek merancang bangunan
d. Jhon Smith membeli barang antik.
4. Pelengkap
Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi prediket (P). Letak Peengkapl umumnya di belakang predikat yang berupa verba.Pelengkap tidak dapat menjadi subjek sebab tidak dapat dipasifkan.
Contoh:
a. Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh
b. Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.
c. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil
5. Keterangan
Keterangan (ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur ket dapat berfungsi menerangkan S,P,O, dan Pel. Posisinya bersifat nama suka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Keterangan dalam kalimat yaitu keterangan tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyetara, simulatif, penyebaban dan kesalinagan. Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau akhir kalimat.
Contoh:
a. Mereka belajar di perpustakaan.(ket. Tempat)
b. Rustam sekarang sedang belajar (ket. Waktu)
c. Lia memotong roti dengan pisau (ket. Alat)
C. Frase
a. Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;
gabungan itu dapat rapat, dapat renggang (Kridalaksana, 1984:53).
b. Frase adalah satuan gramatik yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:222).
c. Frase ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramelan, 1986:142).
Dari beberapa pandangan di atas, kita dapat melihat adanya kesamaan. Pertama, sebuah frase terdiri atas dua kata atau lebih dan kedua, sebuah frase tidak bersifat predikatif atau melampaui satu batas fungsi.
Macam-macam frase
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan
dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan laki bini belajar atau
bekerja
2. Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional
sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting,
sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini
unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak
Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, sangat pandai.
anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan
aposisi (Ap).
B. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas
C. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata
nominal
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan
kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh
kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
E. Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1984: 100). Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak. Klausa adalah S P (O) (Pel) (K) (Ramlan, 1987: 89).
Misalnya:
- Dokter spesialis jiwa yang juga mendalami akupuntur dan hipnotis itu
mengemukakan kasus perokok yang ingin berhenti merokok.
(Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa).
Jenis Klausa
a. Berdasarkan Unsur Internnya
1) Klausa lengkap: klausa yang mengandung unsur S P.
Misalnya:
- teman sudah mendapat pengangkatan PNS bulan lalu
- anak itu sangat cerdas
2) Klausa tak lengkap: klausa yang hanya mengandung P baik diikuti O,
Pel, K atau tidak.
Misalnya:
- membantah dirinya terlibat
- belajar menyanyi di teras belakang
b. Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan
atau Mengingkarkan Predikatnya.
Kata negatif itu ialah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
1) Klausa positif: klausa yang tidak memiliki kata negatif yang menegatifkan
predikatnya
Misalnya:
- mereka diliputi oleh perasaan senang
- ia teman akrab saya
2) Klausa negatif: klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara
gramatik menegatifkan Predikatnya.
Misalnya:
- mereka tidak malas
- orang tuanya tidak di rumah
- gadis itu bukan pacar saya
c. Berdasarkan Kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikatnya
1) Klausa Nominal
- mereka itu karyawan suatu perusahaan swasta di Surabaya
- yang dibeli orang itu sepeda
2) Klausa Verbal
a) Klausa Verbal Intransitif
- anak-anak sedang bermain-main di teras belakang
- burung-burung beterbangan di atas permukaan air
b) Klausa Verbal aktif
- petani mengerjakan sawahnya dengan tekun
- Ahmad sedangmembaca novel
- orang itu berdagang hasil pertanian
- petani itu menjual hasil kebunnya
- rakyat kecil hanya bisa mengeluh
- paman membelikan adik boneka yang lucu
c) Klausa Verbal pasif
- mereka telah dipilih oleh rakyat untuk memimpin negeri ini
- persatuan ini harus terus kita pelihara
- para wisatawan akan terpikat oleh keindahan alam Indonesia
- gunung itu terletak di pedalaman Kalimantan
- rumah angker itu kelihatan dari sini
d) Klausa Verbal Refleksif
- para turis itu sedang menghitamkan diri
- para mahasiswa sedang mempersiapkan diri mengikuti ujian
- tiba-tiba saja orang tua itu mengasingkan diri
e) Klausa Verbal Resiprokal
- kedua petinju itu saling memukul sampai kehabisan tenaga
- tanpa sadar mereka saling bertatapan
3) Klausa Ajektival
- harga buku yang menghebohkan itu sangat mahal
- akhir-akhir ini udaranya panas sekali
- mereka benar-benar anak yang jenius
4) Klausa Numeralia
- roda truk itu enam
- anaknya hanya dua
- rumah orang kaya itu sangat banyak
5) Klausa Preposisi
- beras itu dari Delanggu
- orang tuanya di rumah saja
- sudah beberapa hari mereka di pulau terpencil itu
E. Kalimat
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan makna. Menurut bentuknya kalimat dibedakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berdasarkan macam predikatnya kalimat tunggal dibagi menjadi kalimat yang berpredikat (1) nomina atau frasa nomina, (2) ajektiva atau frasa ajektiva , (3) verba atau frasa verba, (4) kategori lain. Kalimat majemuk dapat dibedakan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
1. Kalimat Tunggal
a. Berpredikat Nomina (kalimat persamaan atau ekuatif)
• Dia guru saya.
• Orang itulah pencurinya.
• Itu adalah masalah keluarga mereka sendiri.
b. Kalimat berpredikat Ajektiva (kalimat statif)
• Pernyataan orang itu benar.
• Ayahnya sakit.
• Pernyataan Ketua gabungan Koperasi itu adalah tidak benar.
• Dia berani melawan gurunya.
c. Kalimat berpredikat Verba
• Bu Lurah sedang berbelanja.
• Pak Halim belum datang.
• Pipinya memerah.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa
sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan
kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau,
baik, maupun.
Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya
d. memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predikat
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
anak kalimat pengganti objek
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti
keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
Ayah pulang ketika kami makan malam
anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
pola atasan
datang seorang pemuda berpakaian bagus
pola bawahan I
datang menggunakan kendaraan roda empat
pola bawahan II
sumber: http://my-lieza.blogspot.com/2013/08/tata-kalimat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar